Lirik dan Terjemah Tembang Lir-ilir Karya Sunan Kalijaga
Lirik dan Terjemah Tembang Lir-ilir Karya Sunan Kalijaga
Lir ilir ( karya Kanjeng Sunan Kalijaga )
Lir-ilir, lir-ilir
tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar
Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro-dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore
Mumpung padhang rembulane mumpung jembar kalangane
Yo surako… surak hiyo…
Terjemah Lir-ilir Karya Sunan Kalijaga :
Sayup-sayup bangun (dari tidur)
Pohon sudah mulai bersemi,
Demikian menghijau bagaikan pengantin baru
Anak penggembala, tolong panjatkan pohon blimbing itu,!
walaupun licin(susah) tetap panjatlah untuk mencuci pakaian
Pakaian-pakaian yang koyak(buruk) disisihkan
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore
Mumpung terang rembulannya
Mumpung banyak waktu luang
Mari bersorak-sorak ayo…
Tembang Lir-Ilir yang banyak dianggap lagu dolanan anak-anak ini sebetulnya adalah bukti kepandaian para wali Songo dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat melalui cara yang sangat menyenangkan dan tak terasa menggurui. Kata-kata dalam tembang itu seolah-olah deretan kata-kata biasa yang menggambarkan keriangan dunia kanak-kanak. Namun jika dibaca sungguh-sungguh, akan banyak makna agamawi yang muncul.
Dimulai dari kata "bangun, bangunlah", dari keadaan tidur, yang sering dilihat para ulama sebagai keadaan mati sementara, akan timbul pertanyaan : apanya yang harus dibangunkan atau dihidupkan? ruh kah? Kesadaran? Atau pikiran? tetapi maksud kata "Lir-ilir" yang juga mengandung gerakan angin semilir ini bisa juga ditafsirkan sebagai imbauan lembut dan ajakan untuk berzikir. Zikir yang akan menghidupkan apa yang tadinya melenakan. Zikir untuk kembali siaga.
Baris "tandure wis semilir tak ijo royo-royo, tak senggo temanten anyar" bisa diartikan bahwa zikir sudah dikerjakan, maka akan menghasilkan kehidupan yang indah dan nyaman seperti pohon hijau yang rindang, yang bermanfaat sebagai tempat berteduh banyak makhluk Allah di muka bumi. Setelah itu, meski kalimat sesudahnya mengaitkan kesejukan dan rindang pohon dengan kesejukan pengantin baru, ada juga tafsir lain bahwa yang dimaksud sunan Kali Jaga saat menuliskan kata-kata "pengantin baru" ini adalah raja-raja mataram yang baru memeluk islam, setelah sebelumnya memeluk agama leluhur. Karena dengan berpindahnya keyakinan seorang raja, biasanya juga akan diikuti dengan perpindahan keyakinan rakyat sehingga bisa dilihat seperti pohon hijau yang rimbun "ijo royo-royo".
Yang lebih menarik adalah baris selanjutnya yang dimulai dengan "Cah angon, cah angon..." Mengapa harus anak penggembala, bukan kyai? Inilah suatu kecerdasan Sunan Kali Jaga yang lain dalam konsep figur imamat. Penggembala adalah seseorang yang mengarahkan hewan gembalanya agar tidak tersesat, layaknya seorang imam yang membimbing makmumnya pada jalan yang benar.
Kalimat "penekno blimbing kuwi" maknanya adalah karena belimbing adalah buah berwarna hijau dengan lima buah sisi yang bisa dianggap sebagai simbol dari lima rukun islam. Sedangkan "penekno" merupakan ajakan untuk memeluk dan menjalankan syariat islam.
"Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro" Jika sesorang sudah berpegang pada rukun islam, maka akan mudah baginya untuk membersihkan hati, pikiran, ketakwaan, sebagai bagian dari "pakaian" yang digunakan sehari-hari. Sebab jika tidak dibersihkan secara rutin dan sungguh-sungguh pakaian itu bisa terliha lusuh dan buruk dimata orang lain.
Karena itu, jika pakaian takwa dan keimanan sudah mulai terlihat lusuh, baris-baris kalimat "dodotiro, dodotiro, kumitir bedah ing pinggir" yang berarti bahwa pakaian yang sudah mulai lusuh harus segera dipinggirkan, bukan maksud untuk dibuang, melainkan untuk dijahit kembali, diperbaiki agar secepatnya terlihat indah lagi.
"Dondomono jlumatono kangge sebo mengko sore" seorang muslim sudah selayaknya sebelum kematian datang "diwaktu sore", atau ujng umur sesorang yang diperkenankan oleh Allah SWT.
Tembang itu ditutup dengan himbauan yang sangat menyejukan hati bahwa segalanya harus segera dilakukan "\mumpung terang rembulane, mumpung jembar kalangane" yang bermakna, mumpung terang rembulannya, mumpung banyak waktu luang", Karena jika sinar rembulan sudah redup, alam semesta gelap, dan tak ada lagi waktu luang untuk berbenah, sia-sia saja seluruh kenginan untuk memperbaiki pakaian takwa jika waktunya sudah tidak memungkinkan.
Seluruh lagu akhirnya ditutup dengan kata-kata riang gembira "yo surako surak hiyo" yang berarti sambutlah seruan ini dengan surak sorai dan keceriaan untuk menjalankan syariat dalam kehidupan sehari-hari. Jika selruh kalimat dalam tembang Lir-Ilir diteliti dengan cara seperti ini, sulit untuk mengatakan bahwa Sunan Kali Jaga, atau siapapun wali songo yang ,menciptakan lagu ini, hanya untuk anak-anak, karena sesungguhnya ada pesan lebih serius yang ditempatkan dalam kata-kata riang itu.
sumber artikel : disini
0 Response to "Lirik dan Terjemah Tembang Lir-ilir Karya Sunan Kalijaga"
Post a Comment